Materi Aqidah Akhlak Kelas 1 Diniyyah |
MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 2 MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
BAB I
RUKUN IMAN
Beriman atau percaya kepada rukun iman adalah kewajiban setiap mukmin. Lantas apa yang dimaksud rukun iman? Kata iman sendiri artinya yakin. Oleh karena itu rukun iman adalah beberapa keyakinan yang harus dipercayai seseorang dan sekaligus harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rukun iman terdiri dari enam hal, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah Tuhan Yang menciptakan kita. Iman kepada Allah berarti juga meyakini bahwa Allah yang menciptakan dan memelihara alam semesta dan semua makhluk yang ada.
2. Iman kepada malaikat Allah
Beriman kepada malaikat adalah meyakini bahwa malaikat itu ada, dan malaikat yang wajib diketahui ada sepeuluh, para malaikat juga diberi tugas masing-masing.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab kepada para nabi dan rasulnya untuk disampaikan kepada para umatnya dan sebagai pegangan dan pedoman bagi kehidupan. Dan kitab yang wajib diketahui itu ada 4 yaitu : injil, taurat, jabur, al-qur’an.
4. Iman kepada rosul-rosul Allah
Iman kepada rasul adalah yakin bahwa rosul itu adalah manusia biasa yang telah menerima wahyu Allah, mereka merupakan orang pilihan yang dieberi tugas untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia. Setidakanya ada 25 nabi dan rosul yang wajib kita yakini.
5. Iman kepada hari kiamat
Beriman kepada hari kiamat adalah meyakini bahwa alam semesta yang kita huni sekarang ini akan hancur dan musnah, Allah akan memusnahkan seluruh kehidupan dunia dan menggantinya dengan dengan kehidupan akhirat. Dimana seluruh manuisa akan diganjar sesuai dengan apa yang manusia kerjakan didunia.
6. Iman kepada qodo dan qodar
Iman kepada qodo dan qodar adalah yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia ini sesuai dengan kehendak dan takdir Allah. Manusia hanya mengerjakan sebatas usaha yang dimiliki.
BAB II
ALLAH ITU WUJUD DAN MAHA ESA
A. Allah itu wujud
Allah adalah tuhan semesta alam, tanpa adanya Allah semesta itu tidak ada. Oleh karena itu kita wajib beriman bahwa Allah itu ada (wujud). Sebagai sang pencipta Allah disebut juga kholiq. Hanya Allah lah tuhan yang berhak disembah oleh umat manusia.
Keberadaan Allah dapat dibuktikan dengan akal manusia anggota tubuh dari manusia dari ujung rambut sampai telapak kaki merupakan kesempurnaan ciptaan Allah. Alam semesta yang sangat luas juga merupakan bukti keberadaan Allah sebagai sang kholiq. Semua ini mustahl ada dengan sendirinya tanpa ada yangmenciptakannya, dan yang menciptakan semua itu adalah Allah.
Sebagai contoh nyata kita memiliki tas sekolah yang bagus tidak mungkin tas sekolah itu ada dengan sendirinya. Pasti ada orang yang membuat tas itu.demikian dengan juga dengan alam semesta tidak mungkin dengan tiba-tiba ada tanpa ada yang menciptakan. Dan yang menciptakan semua alam semesta adalah Allah SWT.
B. Allah maha Esa
Esa artinya tunggal atau satu (wahdaniyah) yang dimaksud dengan allah maha esa itu adalah allah maha satu, maha tunggal. Tidak ada tuhan selain allah. Hanya ada satu-satunya tuhan yang berhak disembah dibumi ini. Hal ini yang dimaksud kalimat tauhid (lafadz tahlil);
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
Tiada tuhan selain Allah
Peraturan langit dan bumi yang teratur selama ini merupakan bukti Keesaan Allah. Jika dilangit dan bumi ada tuhan selain Allah pasti ala mini akan hancur dan musnah. Sebab akan banyak tuhan yang mengatur. Dan mungkin saja keinginan tuhan yang satu berbeda dengan tuhan yang lainnya.
Ayat Al qur’an yang menyatakan keesaan Allah yaitu surat Al ikhlas sebagaimana berbunyi :
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah ‘ Dia-lah Allah yang maha Esa’
Sebagai seorang mukmin kita wajib beriman bahwa tuhan di alam raya hanya satu yaitu Allah. Dia lah tuhan yang menciptakan dan memelihara ala mini.
BAB III
BERIMAN KEPADA MALAIKAT
Beriman kepada malaikat adalah rukun iman yang kedua. Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya (nur). Oleh karena itu, malaikat termasuk makhluk ghaib, yakni makhluk yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Sebagai makhluk Allah, malaikat sangat berbeda dengan manusia, malaikat adalah makhluk yang senantiasa menaati perintah ALLAH. Malaikat juga tidak pernah melanggar larangan-larangan Allah, hal ini disebabkan malaikat tidak diberi hawa nafsu sebagaimana manusia. Disamping itu malaikat juga tidak butuh makan, tidak butuh minum, dan juga tidak butuh tidur.
Jumalah malaikat sebenarnya sangat banyak, hanya Allah yang mengetahui. Namun, kita sebagai mukmin setidaknya wajib mengenal 10 malaikat berikut tugas-tugasnya, kesepuluh malaikat yang dimaksud adalah;
No | Nama Malaikat | Tugas |
---|---|---|
1 | Jibril | Menyampaikan wahyu Allah |
2 | Mikail | Membagikan rizki |
3 | Isrofil | Meniup sangkakala (terompet) |
4 | Izrail | Mencabut nyawa seluruh makhluk hidup |
5 | Munkar | Mengajukan pertanyaan manusia di alam kubur |
6 | Nakir | Mengajukan pertanyaan manusia di alam kubur |
7 | Rokib | Mencatat amal baik manusia |
8 | Atid | Mencatat amal buruk manusia |
9 | Malik | Menjaga pintu neraka |
10 | Ridwan | Menjaga pintu syurga |
BAB IV
ALLAH MAHA SUCI DAN ALLAH MAHA BESAR
A. ALLAH MAHA SUCI
Allah maha suci, Allah terhindar dari berbagai hal buruk. Allah tidak mungkin melakukan kesalahan sebagaimana manusia. Oleh karena itulah, sebagai hamba yang beriman, hendaknya kita sentiasa menyucikan Allah dengan cara melafalkan kalimat tasbih :
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, maha suci Allah Yang Maha Agung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah adalah tuhan yang suci dari suatu yang menyerupai dan menyamainya. Hendaknya kita membiasakan diri untuk me Maha Sucikan Allah dalam setiap keadaan kita sangat dianjurkan untuk senantiasa mengucapkan lafal tasbih.
Banyak sekali kondisi dimana kita dianjurkan membaca untuk membaca lafal tasbih, terutama melihat hal-hal yang ajaib dan menakjubkan. Misalnya ketika kita melihat keindahan alam yang telah diciptakan Allah.
B. ALLAH MAHA BESAR
Adzan setiap kali berkumandang, kalimat awal yang kita dengar adalah kalimat takbir :
الله أكبر
Allah maha besar
Lantas apa maksud dari kalimat takbir? Yang dimaksud kalimat takbir adalah Allah adalah Dzat yang paling sempurna dan paling agung. Tidak ada satupun dan apapun yang dapat menandingi kebesaran dan keagungan Allah SWT.
BAB V
KISAH NABI ADAM AS
Allah menciptakan manusia pertama terbuat dari tanah. Sementara Allah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) dan menciptakan iblis dari api. Manusia pertama dikenal dengan nabi Adam AS. Sebagai makhluk yang sempurna, Allah menjadikan nabi Adam AS sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Allah member ilmu pengetahuan kepada nabi Adam AS.
Karena keutamaan ilmunya Allah memerintah malaikat dan iblis untuk sujud (hormat) kepada nabi Adam AS. Namun iblis tidak mampu tunduk dan hormat kepada nabi Adam AS karena iblis merasa dirinya lebih baik dan lebih mulia dari pada Adam As, “ana khoirun minhu” saya lebih baik daripada Adam’ saya diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah. Iblis merasa memiliki sifat ananiyah merasa paling hebat, sehingga dia menolak untuk member hormat. Karena sifat sombong itulah Allah mengutuk iblis dan menjadi penghuni neraka selama-lamanya.
Berawal dari peristiwa itulah, iblis menaruh dendam kepada nabi Adam dan cucu-cucunya. Iblis berjanji akan senantiasa menggoda dan menjerumuskan nabi Adam beserta anak cucunya sampai hari kiamat.
Nabi Adam sendiri tinggal disurga dan iblis sudah diusir dari syurga, Adam merasa kesepian akhirnya meminta teman kepada Allah akhirnya Allah mengabulkan permintaan nabi Adam. Allah menciptakan siti Hawa dari tulang rusuk nabi Adam. Nabi Adam menikah dengan siti Hawa dengan maskawin membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW.
Nabi Adam hidup bahagia disyurga dengan siti hawa, namun iblis tak henti-hentinya menggoda dan merayu nabi Adam dan siti hawa. Iblis membujuknya dengan rayuan agar nabi Adam dan siti Hawa memakan buah khuldi, buah yang dilarang oleh Allah SWT. Samapi akhirnya nabi Adam dan siti hawa terjerumus dalam bujukan rayuan iblis, sehingga memakan buah khuldi.
Karena melanggar laranagan Allah, nabi Adam dan siti hawa dihukum. Mereka berdua akhirnya diturunkan kebumi dan tidak lagi disyurga. Akibat kesalahn itulah nabi adam dan siti hawa memohon ampun kepada Allah SWT.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
Hikmah yang dapat dipetik dari kisah diatas adalah
- Dilarang menjadi orang yang sombong dan merasa paling hebat (seperti iblis)
- Wajib menaati perintah Allah dan menjauhi larangan Nya
- Jika kita melakukan maksiat segera mohon ampun kepada Allah SWT
BAB VI
SIFAT TERPUJI DAN SIFAT TERCELA
1. SIFAT TERPUJI
Sifat Akhlak terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran islam dan norma-norma aturan yang berlaku.
Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama. Sifat terpuji diantaranya:
A. Jujur
Jujur adalah menyampaikan sesuatu apa adanya, berkata jujur berarti menyampaikan ucapan sesuai dengan kata yang ada didalam hati.
B. Sabar
Sabar adalah sikap menerima apa adanya dengan iklas, sabar bukan berarti diam, tetapi sikap sabar adalah berbuat sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi. Sabar terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
- Sabar dalam menerima musibah
- Sabar dalam melaksanakan perintah Allah
- Sabar dalam menjauhi larangan Allah
C. Pemaaf
Manusia tempatnya salah dan dosa oleh karena itu hendaklah manusia tidak segan-segan member maaf kepada sesamanya, karena Allah saja maha pemberi maaf, orang yang mudah member maaf akan merasakan hidup yang yang damai dan bahagia.
D. Rajin
Rajin adalah berarti berarti giat, sungguh sungguh ,
Rajin itu bisa kita kaitkan dengan kehidupan kita sehari- hari. Biasanya rajin itu menandakan sifat seseorang, apakah sifat seseorang itu rajin atau apakah dia orang malas , tergantung dari mood / sifat juga , rajin itu bisa di pengaruhi dari kebiasaan seseorang, karena dengan terbiasa orang itu akan menjadi rajin dengan apa yang dia kerjakan . misalkan dia sholat dengan rajin otomatis dia pasti tidak akan lupa dengan sholatnya karena sudah terbiasa.
E. Percaya diri
Percaya diri termasuk akhlaq yang mulia.Percaya diri adalah perasaan mantap pada diri seseorang.Mantap dalam melaksanakan tugas.Tidak terpengaruh oleh ucapan dan perbuatan orang lain.Orang yang percaya diri adalah orang yang tidak ragu-ragu.Ia yakin dirinya mampu melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya.Orang yang percaya diri memiliki mental yang kuat.Ia tidak mudah khawatir dan takut.Rasa percaya diri seseorang dipengaruhi oleh :
- Ilmu
- Harta
- Bentuk tubuh
- Keturunan
- Agama
Orang yang pintar lebih percaya diri daripada orang bodoh.Orang yang percaya diri tidak akan mencontek saat ujian. Orang kaya lebih percaya diri dari pada orang miskin.Percaya diri tidak boleh berlebihan.Karena bisa menyebabkan sifat sombong.Sombong dilarang oleh Allah.
Ciri-ciri orang yang percaya diri adalah :
- Yakin dalam melaksanakan tugas
- Teguh pendirian
- Tidak mudah terpengaruh oleh ucapan dan perbuatan orang lain.
- Mantap dalam bertindak.
- Menghindari rendah diri.
- Menghindari ketergantungan.
- Menghindari keragu-raguan.
2. SIFAT TERCELA
Sifat tercela adalah perilaku atau sifat yang melekat dalam diri manusia yang tidak baik, tidak seharusnya, tak sempurna kualitasnya, atau bernilai buruk.Sifat tercela berhubungan erat dengan keburukan, yaitu sesuatu yang tidak bermoral, tidak menyenangkan, bertentangan dengan norma-norma yang ada
A. Dusta
Dusta adalah bohong berbicara tidak sesuai dnegan kenyataan, sebenarnya orang yang berbohong tidak akan merasa tenang karena ia akan merasa khawatir karena keburukannya terbongkar.
B. Khianat
Sifat khianat adalah lawan kata dari amanah, sifat khianat adalah sifat yang menunjukan sikap ketidak setiaan. Orang yang berkhianat meruakan orang suka melakukan tipu daya. Sifat dusta dan khinat termasuk sifat yang disebutkan Rasul sebagi ciri orang munafik, sebagimana sabdanya:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
(Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat”. ) (HR Bukhari)
BAB VII
ADAB BELAJAR DIRUMAH DAN DIMADRASAH
Rajin belajar merupakan kewajiban setiap murid. Karena rajin belajar merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kita sebagai murid. Dengan rajin belajar orang tua kita akan senang. Selain dapat menyenangkan orang tua, rajin belajar juga akan bermanfaat bagi bagi diri kita.
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan ketika belajar :
- Belajarlah ketika bersungguh-sungguh, jangan banyak bergurau
- Bisakan mengulang pelajaran sepulang dari madrasah
- Kerjakan PR atau tugas dengan segera dan hati-hati, bila ada yang tidak mengerti tanyakan pada kaka, ayah, dan ibu
- Berdoalah sebelum dan sesudah belajar
- Sebaiknya sebelum belajar wudlu dulu
- Pelajaran esok hari sudah dibaca dan sudah disiapkan sebelumnya.
Adapun doa yang dibaca sebelum belajar adalah
اَلَّهُمَّ اِنّىْ اَسْتَوْدِعُكَ مَا عَلَّمْتَنِيْهِ
Ya Allah, sesungguhnya aku memimpin kepada Mu apa yang telah engkau ajarkan kepada ku
BAB VIII
BACAAN TA’AWWUDZ
Allah menciptakan manusia dengan kelemahan dan ketidak berdayaannya. Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT. Salah satu bentuk memohon perlindungan Allah dengan membaca lafadz ta’awwud.
Adapun lafad yang dimaksud adalah
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk
Adapun beberapa kondisi yang sangat dianjurkan bagi kita untuk membaca lafadz ta’awwudz adalah:
- Sebelum membaca Al Qur’an
- Ketika takut dari godaan syetan
- Ketika mengalami kejadian yang mengejutkan
Dengan sering membaca lafadz ta’awwudz, bukan berarti kita menunjukan diri kita sebagai hamba yang tidak lemah dan tidak berdaya. Bukan berarti dnegan membaca lafadz ta’awwudz, kita tidak berusaha untuk melawan tipu daya syetan yang ditunjukan kepada diri kita. Hal ini semata-mata. sebagai bukti bahwa kita hanya mengakui kekuasaan dan kekuatan tertinggi adalah milik Allah SWT.
BAB IX SIFAT-SIFAT ALLAH SWT
A. Allah maha pengasih
Allah mempunyai sifat Ar-rahman (maha pengasih). yang dimaksud maha pengasih adalah kasih Allah SWT diberikan kepada seluruh umat manusia di dunia. sebgai tuhan alam semesta alam, Allah memberikan rizki kepada seluruh makhluknya.
Sifat Ar-rahman yang dimiliki oleh Allah SWT tidak diberikan secara pilih kasih. semua makhluk yang berusaha akan diberi rizki. oleh karena itu Allah telah memberi segalanya kepada kita dengan sifar ar-rahman, , maka sebagai wujud rasa syukur, kita harus rajin belajar, rajin bekerja dan rajin beribadah. dengan demikian kita akan ditmabah nikmat oleh Allah SWT.
B. Allah maha penyayang
Allah bersifat Ar-rahim ( maha penyeyang0. yang dimaksud maha penyayang adalah Allah akan memberikan sifat sayangnya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh saja diakhiran kelak. oleh karena itu Allah swt, akan memberikan pahala kepada setiap orang muslim yang mau beramal shaleh.
Pahala yang diberikan Allah swt, kepada hambanya yang saleh tidak pernah membedakan warna kuli, raut, maupun jabatan. Allah tidak pernah membedakan orang yang berkulit hitam ataupun putih semuanya sama. yang membedakan hnya ketaqwaan dan amal shlaehnya.
C. Allah maha melihat
Allah senantiasa melihat ( bashar), mustihil Allah bersifat buta, seklipun Allah dan manusia sama-sama melihat, namun penglihatan manusia terbatas, hanya mampu melihat benda yang dilihat indera mata. berbeda dengan penglihatan Allah swt, yang tidak terbatas, Allah mampu menyaksikan seluruh makhluk ciptaannya. dengan meyakini sifat Allah swt. yang maha melihat maka kita harus berhati-hati dalam setiap perbuatan.
D. Allah Maha mendengar
Allah maha mendengar ( sama') kalau Allah memberi kita telinga untuk mendengar, maka Allah swt maha mendengar tanpa kedua telinga, perlu diketahui kemampuan Allah mendengar sangat berbeda pendengaran Allah mampu menjangkau semyu gerak dan suara makluknya.
Oleh karena itu pendengaran Allah tidak terbatas hendaknya kita tidak bosan-bosan selalu berdoa kepadanya sekalipun hnaya dalam hati.
E. Allah maha mengetahui
Allah maha mengetahui ('allim) pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu semua makhluk ciptaanya selalu dalam pengetahuannya. karena pengetahuan Allah sangat luas mintalah kepada Nya dan kita jangan sombong dengan pengetahuan yang kita miliki.
BAB X
MAKHLUK-MAKHLUK GHAIB
A. Iblis
Iblis termasuk makluk ghaib. sifat iblis bisa sama persis dengan syetan. iblis diciptakan Allah swt dari api. iblis juga senantiasa durhaka kepada Allah, bahkan iblis senantiasa menjerumuskan anak cucu nabi adam agar melanggar perintah-perintah Allah SWT.
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang membedakan abata syetan dan iblis pada tingkat kedurhakaanya. setan yang sangat durhaka kepada Allah disebut iblis, biasnya iblis akan mengoda hamaba-hamba Allah yang shalih
B. Syetan
Syetan menciptakan syetan dari bahan yang smaa dengan jin yakni api, namun ada beberapa hal yang membedakan antara jin dan syetan. apabila dikalangan jin masih ada yang beriman kepada Allah swt. maka syetan seluruhnya adalah makhluk yang ikar dan durhaka kepada Allah swt. syetan akan senatiasa mengajak manusia kejalan yang sesat dan menjauhkan manusia dari jalan kebeenaran. maka waspadalah dan berhati-hatilah dari bujuk rayuan syetan, baik syetan dari golongan jin maupun syetan golngan manusia.
C. jin
Sebenarnya jin tidak jauh berbeda dengan manusia. jin ada yang berjenis laki-laki dan perempuan. jin juga butuh makan, minum, beranak dll. jin berkewajiban melaksanakan perintah-perintah Allh swt. dan menjuhi larangan-larangannya. oleh karena itu jin ada yang beriman dan ada juga jin yang kafir.
BAB XI
KISAH NABI NUH AS DAN NABI ISMAIL AS
A. Kisah Nabi Nuh AS
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan sesuai dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk kelupaan, meskipun kali ini terulang secara berbeza.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Di sinilah iblis memanfaatkan kesempatan, dan ia membisikkan kepada manusia bahawa berhala-berhala tersebut adalah Tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya sehingga akhirnya manusia menyembah berhala-berhala itu. Kami tidak mengetahui sumber yang terpecaya berkenaan dengan bagaimana bentuk kehidupan ketika penyembahan terhadap berhala dimulai di bumi, namun kami mengetahui hukum umum yang tidak pernah berubah ketika manusia mulai cenderung kepada syirik. Dalam situasi seperti itu, kejahatan akan memenuhi bumi dan akal manusia akan kalah, serta akan meningkatnya kelaliman dan banyaknya orang-orang yang teraniaya. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Alhasil, kehidupan manusia semuanya akan berubah menjadi neraka Jahim. Situasi demikian ini pasti terjadi ketika manusia menyembah selain Allah SWT, baik yang disembah itu berhala dari batu, anak sapi dari emas, penguasa dari manusia, sistem dari berbagai sistem, mazhab dari berbagai mazhab, atau kuburan seorang wali. Sebab satu-satunya yang menjamin persamaan di antara manusia adalah, saat mereka hanya menyembah Allah SWT dan saat Dia diakui sebagai Pencipta mereka dan yang membuat undang-undang bagi mereka. Tetapi saat jaminan ini hilang lalu ada seorang yang mengklaim, atau ada sistem yang mengklaim memiliki wewenang ketuhanan maka manusia akan binasa dan akan hilanglah kebebasan mereka sepenuhnya.
Penyembahan kepada selain Allah SWT bukan hanya sebagai sebuah tragedi yang dapat menghilangkan kebebasan, namun pengaruh buruknya dapat merembet ke akal manusia dan dapat mengotorinya. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya dan menjadikan akalnya sebagai permata yang bertujuan untuk memperoleh ilmu. Dan ilmu yang paling penting adalah kesadaran bahawa Allah SWT semata sebagai Pencipta, dan selain-Nya adalah makhluk. Ini adalah poin penting dan dasar pertama yang harus ada sehingga manusia sukses sebagai khalifah di muka bumi.
Ketika akal manusia kehilangan potensinya dan berpaling ke selain Allah SWT maka manusia akan tertimpa kesalahan. Terkadang seseorang mengalami kemajuan secara materi kerana ia berhasil melalui jalan-jalan kemajuan, meskipun ia tidak beriman kepada Allah SWT, namun kemajuan materi ini yang tidak disertai dengan pengenalan kepada Allah SWT akan menjadi siksa yang lebih keras daripada siksaan apa pun, kerana ia pada akhirnya akan menghancurkan manusia itu sendiri. Ketika manusia menyembah selain Allah SWT maka akan meningkatlah penderitaan kehidupan dan kefakiran manusia. Terdapat hubungan kuat antara kehinaan manusia dan kefakiran mereka, serta tidak berimannya mereka kepada Allah. Allah SWT berfirman:
"Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. " (QS. al-A'raf: 96)
Demikianlah, bahawa kufur kepada Allah SWT atau syirik kepada-Nya akan menyebabkan hilangnya kebebasan dan hancurnya akal serta meningkatnya kefakiran, serta kosongnya kehidupan dari tujuan yang mulia. Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh untuk membawa ajaran-Nya kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh polusi kolektif, yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya.
Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia merupakan manusia terbesar di zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, bukan penguasa mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka. Kita mengetahui bahawa kebesaran tidak selalu berhubungan dengan kerajaan, kekayaan, dan kekuasaan. Tiga hal tersebut biasanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yang hina. Namun kebesaran terletak pada kebersihan hati, kesucian nurani, dan kemampuan akal untuk mengubah kehidupan di sekitarnya. Nabi Nuh memiliki semua itu, bahkan lebih dari itu. Nabi Nuh adalah manusia yang mengingat dengan baik perjanjian Allah SWT dengan Nabi Adam dan anak-anaknya, ketika Dia menciptakan mereka di alam atom. Berdasarkan fitrah, ia beriman kepada Allah SWT sebelum pengutusannya pada manusia. Dan semua nabi beriman kepada Allah SWT sebelum mereka diutus. Di antara mereka ada yang "mencari" Allah SWT seperti Nabi Ibrahim, ada juga di antara mereka yang beriman kepada-Nya dari lubuk hati yang paling dalam, seperti Nabi Musa, dan di antara mereka juga ada yang beribadah kepada-Nya dan menyendiri di gua Hira, seperti Nabi Muhammad saw.
Terdapat sebab lain berkenaan dengan kebesaran Nabi Nuh. Ketika ia bangun, tidur, makan, minum, atau mengenakan pakaian, masuk atau keluar, ia selalu bersyukur kepada Allah SWT dan memuji-Nya, serta mengingat nikmat-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya. Oleh kerana itu, Allah SWT berkata tentang Nuh:
"Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3)
Allah SWT memilih hamba-Nya yang bersyukur dan mengutusnya sebagai nabi pada kaumnya. Nabi Nuh keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. " (QS. al-A'raf: 59)
Dengan kalimat yang singkat tersebut, Nabi Nuh meletakkan hakikat ketuhanan kepada kaumnya dan hakikat hari kebangkitan. Di sana hanya ada satu Pencipta yang berhak disembah. Di sana terdapat kematian, kemudian kebangkitan kemudian hari kiamat. Hari yang besar yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.
Nabi Nuh menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat selain Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada mereka, bahawa setan telah lama menipu mereka dan telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada mereka, bahawa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka, memberi mereka rezeki, dan menganugerahi akal kepada mereka. Manusia mendengarkan dakwahnya dengan penuh kekhusukan. Dakwah Nabi Nuh cukup mengguncangkan jiwa mereka. Laksana tembok yang akan roboh yang saat itu di situ ada seorang yang tertidur dan engkau meng-goyang tubuhnya agar ia bangun. Barangkali ia akan takut dan ia marah meskipun engkau bertujuan untuk menyelamatkannya.
Akar-akar kejahatan yang ada di bumi mendengar dan merasakan ketakutan. Pilar-pilar kebencian terancam dengan cinta ini yang dibawa oleh Nabi Nuh. Setelah mendengar dakwah Nabi Nuh, kaumnya terpecah menjadi dua kelompok: Kelompok orang-orang lemah, orang-orang fakir, dan orang-orang yang menderita, di mana mereka merasa dilindungi dengan dakwah Nabi Nuh, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok orang-orang kaya, orang-orang kuat, dan para penguasa di mana mereka menghadapi dakwah Nabi Nuh dengan penuh keraguan. Bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan, mereka mulai melancarkan serangan untuk melawan Nabi Nuh. Mula-mula mereka menuduh bahawa Nabi Nuh adalah manusia biasa seperti mereka:
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami.'" (QS. Hud: 27)
Dalam tafsir al-Quturbi disebutkan: "Masyarakat yang menentang dakwahnya adalah para pembesar dari kaumnya. Mereka dikatakan al- Mala' kerana mereka seringkali berkata. Misalnya mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Wahai Nuh, engkau adalah manusia biasa." Padahal Nabi Nuh juga mengatakan bahawa ia memang manusia biasa. Allah SWT mengutus seorang rasul dari manusia ke bumi kerana bumi dihuni oleh manusia. Seandainya bumi dihuni oleh para malaikat nescaya Allah SWT mengutus seorang rasul dari malaikat.
Berlanjutlah peperangan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh. Mula- mula, rezim penguasa menganggap bahawa dakwah Nabi Nuh akan mati dengan sendirinya, namun ketika mereka melihat bahawa dakwahnya menarik perhatian orang-orang fakir, orang-orang lemah, dan pekerja- pekerja sederhana, mereka mulai menyerang Nabi Nuh dari sisi ini. Mereka menyerangnya melalui pengikutnya dan mereka berkata kepadanya: "Tiada yang mengikutimu selain orang-orang fakir dan orang- orang lemah serta orang-orang hina."
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): 'Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahawa kamu adalah orang-orang yang berdusta. " (QS. Hud: 25-27)
Demikianlah telah berkecamuk pertarungan antara Nabi Nuh dan para bangsawan dari kaumnya. Orang-orang yang kafir itu menggunakan dalih persamaan dan mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Dengarkan wahai Nuh, jika engkau ingin kami beriman kepadamu maka usirlah orang-orang yang beriman kepadamu. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang lemah dan orang-orang yang fakir, sementara kami adalah kaum bangsawan dan orang-orang kaya di antara mereka. Dan mustahil engkau menggabungkan kami bersama mereka dalam satu dakwah (majelis)." Nabi Nuh mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir dari kaumnya. la mengetahui bahawa mereka menentang. Meskipun demikian, ia menjawabnya dengan baik. Ia memberitahukan kepada kaumnya bahawa ia tidak dapat mengusir orang-orang mukmin, kerana mereka bukanlah tamu-tamunya namun mereka adalah tamu-tamu Allah SWT. Rahmat bukan terletak dalam rumahnya di mana masuk di dalamnya orang-orang yang dikehendakinya dan terusir darinya orang-orang yang dikehendakinya, tetapi rahmat terletak dalam rumah Allah SWT di mana Dia menerima siapa saja yang dikehendaki-Nya di dalamnya. Allah SWT berfirman:
"Berkata Nuh: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.' Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkan kamu mengambil pelajaran?' Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahawa): 'Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui hal yang ghaib, dan tidak pula aku mengatakan: 'Sesungguhnya aku adalah malaikat,' dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: 'Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada mereka. Sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. Hud: 28-31)
Nuh mematahkan semua argumentasi orang-orang kafir dengan logik para nabi yang mulia. Yaitu, logik pemikiran yang sunyi dari kesombongan peribadi dan kepentingan-kepentingan khusus. Nabi Nuh berkata kepada mereka bahawa Allah SWT telah memberinya agama, kenabian, dan rahmat. Sedangkan mereka tidak melihat apa yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selanjutnya, ia tidak memaksakan mereka untuk mempercayai apa yang disampaikannya saat mereka membenci. Kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah) tidak dapat dipaksakan atas seseorang. Ia memberitahukan kepada mereka bahawa ia tidak meminta imbalan dari mereka atas dakwahnya. Ia tidak meminta harta dari mereka sehingga memberatkan mereka. Sesungguhnya ia hanya mengharapkan pahala (imbalan) dari Allah SWT. Allahlah yang memberi pahala kepadanya. Nabi Nuh menerangkan kepada mereka bahawa ia tidak dapat mengusir orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Meskipun sebagai Nabi, ia memiliki keterbatasan dan keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak baginya untuk mengusir orang-orang yang beriman kerana dua alasan. bahawa mereka akan bertemu dengan Alllah SWT dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka bagaimana ia akan mengusir orang yang beriman kepada Allah SWT, kemudian seandainya ia mengusir mereka, maka mereka akan menentangnya di hadapan Allah SWT. Ini berakibat pada pemberian pahala dari Allah SWT atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas siapa pun yang mengusir mereka. Maka siapakah yang dapat menolong Nabi Nuh dari siksa Allah SWT seandainya ia mengusir mereka?
Demikianlah Nabi Nuh menunjukkan bahawa permintaan kaumnya agar ia mengusir orang-orang mukmin adalah tindakan bodoh dari mereka. Nabi Nuh kembali menyatakan bahawa ia tidak dapat melakukan sesuatu yang di luar wewenangnya, dan ia memberitahu mereka akan kerendahannya dan kepatuhannya kepada Allah SWT. Ia tidak dapat melakukan sesuatu yang merupakan bahagian dari kekuasaan Allah SWT, yaitu pemberian nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Ia tidak mengetahui ilmu ghaib, kerana ilmu ghaib hanya khusus dimiliki oleh Allah SWT. Ia juga memberitahukan kepada mereka bahawa ia bukan seorang raja, yakni kedudukannya bukan seperti kedudukan para malaikat. Sebahagian ulama berargumentasi dari ayat ini bahawa para malaikat lebih utama dari pada para nabi (silakan melihat tafsir Qurthubi).
Nabi Nuh berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang-orang yang kalian pandang sebelah mata, dan kalian hina dari orang-orang mukmin yang kalian remehkan itu, sesungguhnya pahala mereka itu tidak sirna dan tidak berkurang dengan adanya penghinaan kalian terhadap mereka. Sungguh Allah SWT lebih tahu terhadap apa yang ada dalam diri mereka. Dialah yang membalas amal mereka. Sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri seandainya aku mengatakan bahawa Allah tidak memberikan kebaikan kepada mereka."
Kemudian rezim penguasa mulai bosan dengan debat ini yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Allah SWT menceritakan sikap mereka terhadap Nabi Nuh dalam flrman-Nya:
"Mereka berkata: 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.' Nuh menjawab: 'Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. " (QS. Hud: 32-34)
Nabi Nuh menambahkan bahawa mereka tersesat dari jalan Allah SWT. Allahlah yang menjadi sebab terjadinya segala sesuatu, namun mereka memperoleh kesesatan disebabkan oleh ikhtiar mereka dan kebebasan mereka serta keinginan mereka. Dahulu iblis berkata:
"Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat..." (QS. al-A'raf: 16)
Secara zahir tampak bahawa makna ungkapan itu berarti Allahlah yang menyesatkannya, padahal hakikatnya adalah bahawa Allah SWT telah memberinya kebebasan dan kemudian Dia akan meminta pertanggungjawapannya. Kita tidak sependapat dengan pandangan al- Qadhariyah, al-Mu'tazilah, dan Imamiyah. Mereka berpendapat bahawa keinginan manusia cukup sebagai kekuatan untuk melakukan perbuatannya, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan. kerana bagi mereka, manusia adalah pencipta perbuatannya. Dalam hal itu, ia tidak membutuhkan Tuhannya. Kami tidak mengambil pendapat mereka secara mutlak. Kami berpendapat bahawa manusia memang menciptakan perbuatannya namun ia membutuhkan bantuan Tuhannya dalam melakukannya.
Alhasil, Allah SWT mengerahkan setiap makhluk sesuai dengan arah penciptaannya, baik pengarahann itu menuju kebaikan atau keburukan. Ini termasuk kebebasan sepenuhnya. Manusia memilih dengan kebebasannya kemudian Allah SWT mengerahkan jalan menuju pilihannya itu. Iblis memilih jalan kesesatan maka Allah SWT mengarahkan jalan kesesatan itu padanya, sedangkan orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh memilih jalan yang sama maka Allah pun mengarahkan jalan itu pada mereka.
Peperangan pun berlanjut, dan perdebatan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh semakin melebar, sehingga ketika argumentasi-argumentasi mereka terpatahkan dan mereka tidak dapat mengatakan sesuatu yang pantas, mereka mulai keluar dari batas-batas adab dan berani mengejek Nabi Allah.
"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: 'Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata." (QS. al-A'raf: 60)
Nabi Nuh menjawab dengana menggunakan sopan-santun para nabi yang agung.
"Nuh menjawab: 'Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al-A'raf: 61-62)
Nabi Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya, waktu demi waktu, hari demi hari, dan tahun demi tahun. Berlalulah masa yang panjang itu, namun Nabi Nuh tetap mengajak kaumnya. Nabi Nuh berdakwah kepada mereka siang malam, dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, bahkan ia pun memberikan contoh-contoh pada mereka. Ia menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kekuasaan-Nya di dunia. Namun setiap kali ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT, mereka lari darinya, dan setiap kali ia mengajak mereka agar Allah SWT mengampuni mereka, mereka meletakkan jari-jari mereka di telinga-telinga mereka dan mereka menampakkan kesombongan di depan kebenaran. Allah SWT menceritakan apa yang dialami oleh Nabi Nuh dalam firman-Nya:
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan keterlaluan. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan cara yang terang-terangan, kemudian aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak- anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'" (QS. Nuh: 5-12)
Namun apa jawapan kaumnya?
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. Mereka telah melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata: 'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) wadd, suwa, yaghuts, yauq, dan nasr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang lalim itu selain kesesatan,'" (QS. Nuh: 21-24)
Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun. Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. " (QS. Ankabut: 14)
Sayangnya, jumlah kaum mukmin tidak bertambah sedangkan jumlah kaum kafir justru bertambah. Nabi Nuh sangat sedih namun ia tidak sampai kehilangan harapan. la senantiasa mengajak kaumnya dan berdebat dengan mereka. Namun kaumnya selalu menghadapinya dengan kesombongan, kekufuran, dan penentangan. Nabi Nuh sangat bersedih terhadap kaumnya namun ia tidak sampai berputus asa. la tetap menjaga harapan selama 950 tahun. Tampak bahawa usia manusia sebelum datangnya taufan cukup panjang. Dan barangkali usia panjang bagi Nabi Nuh merupakan mukjizat khusus baginya.
Datanglah hari di mana Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahawa orang-orang yang beriman dari kaumnya tidak akan bertambah lagi. Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia tidak bersedih atas tindakan mereka. Maka pada saat itu, Nabi Nuh berdoa agar orang-orang kafir dihancurkan. la berkata:
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang- orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26)
Nabi Nuh membenarkan doanya dengan alasan:
"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, nescaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat dan kafir. " (QS. Nuh: 27)
Allah SWT berfirman dalam surah Hud:
"Dan diwahyukan kepada Nuh, bahawasannya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja, kerana itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 36-37)
Kemudian Allah SWT menetapkan hukum-Nya atas orang-orang kafir, yaitu datangnya angin taufan. Allah SWT memberitahu Nuh, bahawa ia akan membuat perahu ini dengan "pengawasan Kami dan wahyu kami," yakni dengan ilmu Allah SWT dan pengajaran-Nya, serta sesuai dengan pengarahan-Nya dan bantuan para malaikat.
Allah SWT menetapkan perintah-Nya kepada Nuh:
"Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)
Allah SWT menenggelamkan orang-orang yang lalim, apa pun kedudukan mereka dan apa pun kedekatan mereka dengan Nabi. Allah SWT melarang Nabi-Nya untuk berdialog dengan mereka atau menengahi urusan mereka. Nabi Nuh mulai menanam pohon untuk membuat perahu darinya. Ia menunggu beberapa tahun, kemudian ia memotong apa yang ditanamnya dan mulai merakitnya. Akhirnya, jadilah perahu yang besar, yang tinggi, dan kuat.
Para mufasir berbeza pendapat tentang besarnya perahu itu, bentuknya, masa pembuatannya, tempat pembuatannya dan lain-lain. Berkenaan dengan hal tersebut Fakhrur Razi berkata: "Ketahuilah bahawa pembahasan ini tidak menarik bagiku kerana ia merupakan hal-hal yang tidak perlu diketahuinya. Saya kira mengetahui hal tersebut hanya mendatangkan manfaat yang sedikit." Mudah-mudahan Allah SWT merahmati Fakhrur Razi yang menyatakan kebenaran dengan kalimatnya itu. Kita tidak mengetahui hakikat perahu ini, kecuali apa yang telah Allah SWT ceritakan kepada kita tentang hal itu. Misalnya, kita tidak mengetahui dimana ia dibuat, berapa panjangnya atau lebarnya, dan kita secara pasti tidak mengetahui selain tempat yang ditujunya setelah ia berlabuh.
Allah SWT tidak memberikan keterangan secara detail berkenaan dengan hal tersebut yang tidak memberikan kepentingan pada kandungan cerita dan tujuannya yang penting. Nabi Nuh mulai membangun perahu, lalu orang-orang kafir lewat di depannya saat ia dalam keadaan serius membuat perahu. Saat itu, cuaca atau udara sangat kering, dan di sana tidak terdapat sungai atau laut yang dekat. Bagaimana perahu ini akan berlayar wahai Nuh? Apakah ia akan berlayar di atas tanah? Di manakah air yang memungkinkan bagi perahumu untuk belayar? Sungguh Nuh telah gila! Orang-orang kafir semakin tertawa terbahak-bahak dan semakin mengejek Nabi Nuh.
Puncak pertentangan dalam kisah Nabi Nuh tampak dalam masa ini. Kebatilan mengejek kebenaran dan cukup lama menertawakan kebenaran. Mereka menganggap bahawa dunia adalah milik mereka dan bahawa mereka akan selalu mendapatkan keamanan dan bahawa siksa tidak akan terjadi. Namun anggapan mereka itu tidak terbukti. Datangnya angin taufan menjungkirbalikkan semua perkiraan mereka. Saat itu, orang-orang mukmin mengejek balik orang-orang kafir dan ejekan mereka adalah kebenaran. Allah SWT berfirman:
"Dan mulailah Nuh membuat bahtera itu. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan metewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: 'Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakan dan yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Hud: 38- 39)
Selesailah pembuatan perahu dan duduk menunggu perintah Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahawa jika ada yang mempunyai dapur, maka ini sebagai tanda dimulainya angin taufan. Di sebutkan bahawa tafsiran dari at-Tannur ialah oven (alat untuk memanggang roti) yang ada di dalam rumah Nabi Nuh. Jika keluar darinya air dan ia lari maka itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak. Maka pada suatu hari tannur itu mulai menunjukkan tanda- tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh, lalu Nabi Nuh segera membuka perahunya dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh membawa burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut, dan lain-lain. Dalam perahu itu, Nabi Nuh telah membuat kandang binatang buas.
Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies binatang tidak punah dari muka bumi. Ini berarti bahawa angin taufan telah menenggelamkan bumi semuanya, kalau tidak demikian maka buat apa ia harus mengangkut jenis binatang-binatang itu. Binatang-binatang mulai menaiki perahu itu beserta orang-orang yang beriman dari kaumnya. Jumlah orang-orang mukmin sangat sedikit. Allah SWT berfirman:
"Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: 'Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing- masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.' Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. " (QS. Hud: 40)
Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu anaknya menyembunyikan kekafirannya dengan menampakkan keimanan di depan Nabi Nuh, dan ia pun tidak ikut menaikinya. Mayoritas manusia saat itu tidak beriman sehingga mereka tidak turut berlayar. Hanya orang-orang mukmin yang mengarungi lautan bersamanya. Ibnu Abbas berkata: "Terdapat delapan puluh orang dari kaum Nabi Nuh yang beriman kepadanya."
Air mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali keluar air darinya. Sementara dari langit turunlah hujan yang sangat deras yang belum pernah turun hujan dengan curah seperti itu di bumi, dan tidak akan ada hujan seperti itu sesudahnya. Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi. Perut bumi bergerak dengan gerakan yang tidak wajar sehingga bola bumi untuk pertama kalinya tenggelam dalam air sehingga ia menjadi bola air. Allah SWT berfirman:
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13)
Air meninggi di atas kepala manusia, dan ia melampaui ketinggian pohon, bahkan puncak gunung. Akhirnya, permukaan bumi diselimuti dengan air. Ketika mula-mula datang taufan, Nabi Nuh memanggil-manggil puteranya. puteranya itu berdiri agak jauh darinya. Nabi Nuh memanggilnya dan berkata:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." (QS. Hud: 42)
Anak itu menjawab ajakan ayahnya:
"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." (QS. Hud: 43)
Nabi Nuh kembali menyerunya:
"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain orang yang dirahmati-Nya." (QS. Hud: 43)
Selesailah dialog antara Nabi Nuh dan anaknya.
"Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. " (QS. Hud: 43)
Perhatikanlah ungkapan AI-Qur'an al-Karim: Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya. Ombak tiba-tiba mengakhiri dialog mereka. Nabi Nuh mencari, namun ia tidak mendapati anaknya. Ia tidak menemukan selain gunung ombak yang semakin meninggi dan meninggi bersama perahu itu. Nabi Nuh ddak dapat melihat segala sesuatu selain air. Allah SWT berkehendak - sebagai rahmat dari-Nya - untuk menenggelamkan si anak jauh dari penglihatan si ayah. Inilah kasih sayang Allah SWT terhadap si ayah. Anak Nabi Nuh mengira bahawa gunung akan mencegahnya dari kejaran air namun ia pun terkejar dan tenggelam. Angin taufan terus berlanjut dan terus membawa perahu Nabi Nuh. Setelah berlalu beberapa saat, pemandangan tertuju kepada bumi yang telah musnah sehingga tiada kehidupan kecuali sebahagian kayu yang darinya Nabi Nuh membuat perahu di mana ia menyelamatkan orang-orang mukmin, begitu juga berbagai binatang yang ikut bersama mereka. Adalah hal yang sulit bagi kita untuk membayangkan kedahsyatan taufan itu. Yang jelas, ia menunjukkan kekuasaan Pencipta. Perahu itu berlayar dengan mereka dalam ombak yang laksana gunung. Sebahagian ilmuwan meyakini bahawa terpisahnya beberapa benua dan terbentuknya bumi dalam rupa seperti sekarang adalah sebagai akibat dari taufan yang dahulu.
taufan yang dialami oleh Nabi Nuh terus berlanjut dalam beberapa zaman di mana kita tidak dapat mengetahui batasnya. Kemudian datanglah perintah Ilahi agar langit menghentikan hujannya dan agar bumi tetap tenang dan menelan air itu, dan agar kayu-kayu perahu berlabuh di al-Judi, yaitu nama suatu tempat di zaman dahulu. Ada yang mengatakan bahawa ia adalah gunung yang terletak di Irak. Dengan datangnya perintah Ilahi, bumi kembali menjadi tenang dan air menjadi surut. taufan telah menyucikan bumi dan membasuhnya. Allah SWT berfirman:
"Dan difirmankan: 'Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,' dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukitjudi. Dan dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 44)
Dan air pun disurutkan, yakni air berkurang dan kembali ke celah-celah bumi. Segala urusan telah diputuskan dan orang-orang kafir telah hancur sepenuhnya. Dikatakan bahawa Allah SWT me-mandulkan rahim-rahim wanita selama empat puluh tahun sebelum datangnya taufan, kerana itu tidak ada yang terbunuh seorang anak bayi atau anak kecil.
Firman-Nya: Dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit judi, yakni ia berlabuh di atasnya. Di sebutkan bahawa hari itu bertepatan dengan hari Asyura' (hari kesepuluh dari bulan Muharam). Lalu Nabi Nuh berpuasa dan memerintahkan orang-orang yang bersamanya untuk berpuasa juga.
Dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim, 'yakni kehancuran bagi mereka. taufan menyucikan bumi dari mereka dan membersihkannya. Lenyaplah peristiwa yang mengerikan dengan lenyapnya taufan. Dan berpindahlah pergulatan dari ombak ke jiwa Nabi Nuh. Ia mengingat anaknya yang tenggelam. Nabi Nuh tidak mengetahui saat itu bahawa anaknya menjadi kafir. Ia menganggap bahawa anaknya sebagai seorang mukmin yang memilih untuk menyelamatkan diri dengan cara berlindung kepada gunung. Namun ombak telah mengakhiri percakapan keduanya sebelum mereka menyelesaikannya. Nabi Nuh tidak mengetahui seberapa jauh bahagian keimanan yang ada pada anaknya. Lalu bergeraklah naluri kasih sayang dalam hati sang ayah. Allah SWT berfirman:
"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil- adilnya. " (QS. Hud: 45)
Nuh ingin berkata kepada Allah SWT bahawa anaknya termasuk dari keluarganya yang beriman dan Dia menjanjikan untuk menyelamatkan keluarganya yang beriman. Allah SWT berkata dan menjelaskan kepada Nuh keadaan sebenarnya yang ada pada anaknya:
"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Aku memperingatkan kepa- damu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.'" (QS. Hud: 46)
Al-Qurthubi berkata - menukil dari guru-gurunya dari kalangan ulama - ini adalah pendapat yang kami dukung: "Anaknya berada di sisinya (yakni bersama Nabi Nuh dan dalam dugaannya ia seorang mukmin). Nabi Nuh tidak berkata kepada Tuhannya: "Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku," kecuali kerana ia memang menampakkan hal yang demikian kepadanya. Sebab, mustahil ia meminta kehancuran orang-orang kafir kemudian ia meminta agar sebahagian mereka diselamatkan."
Anaknya menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan. Lalu Allah SWT memberitahukan kepada Nuh ilmu ghaib yang khusus dimiliki- Nya. Yakni Allah SWT memberitahunya keadaan sebenarnya dari anaknya. Allah SWT ketika menasihatinya agar jangan sampai ia menjadi orang-orang yang tidak mengerti. Dia ingin menghilangkan darinya anggapan bahawa anaknya beriman kemudian mati bersama orang-orang kafir.
Di sana terdapat pelajaran penting yang terkandung dalam ayat-ayat yang mulia itu, yang menceritakan kisah Nabi Nuh bersama anaknya. Allah SWT ingin berkata kepada Nabi-Nya yang mulia bahawa anaknya bukan termasuk keluarganya kerana ia tidak beriman kepada Allah SWT. Hubungan darah bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah anaknya yang meyakini akidah, yaitu mengikuti Allah SWT dan nabi, dan bukan anaknya yang menentangnya, meskipun berasal dari sulbinya. Jika demikian seorang mukmin harus menghindar dari kekufuran. Dan di sini juga harus di teguhkan hubungan sesama akidah di antara orang-orang mukmin. Adalah tidak benar jika hubungan sesama mereka dibangun berdasarkan darah, iras, warna kulit, atau tempat tinggal.
Nabi Nuh memohon ampun kepada Tuhannya dan bertaubat kepada-Nya. Kemudian Allah SWT merahmatinya dan memerintahkannya untuk turun dari perahu dalam keadaan dipenuhi dengan keberkahan dari Allah SWT dan penjagaan-Nya:
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikatnya). Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, nescaya aku akan termasuk orang-orang yang rugi. " (QS. Hud: 47)
Difirmankan: "'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu.'" (QS. Hud: 48)
Nabi Nuh turun dari perahunya dan ia melepaskan burung-burung dan binatang-binatang buas sehingga mereka menyebar ke bumi. Setelah itu, orang-orang mukmin juga turun. Nabi Nuh meletakkan dahinya ke atas tanah dan bersujud. Saat itu bumi masih basah kerana pengaruh taufan. Nabi Nuh bangkit setelah solatnya dan menggali pondasi untuk membangun tempat ibadah yang agung bagi Allah SWT. Orang-orang yang selamat menyalakan api dan duduk-duduk di sekelilingnya. Menyalakan api sebelumnya di larang di dalam perahu kerana dikhuatirkan api akan menyentuh kayu-kayunya dan membakarnya. Tak seorang pun di antara mereka yang memakan makanan yang hangat selama masa taufan.
Berlalulah hari puasa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Al-Qur'an tidak lagi menceritakan kisah Nabi Nuh setelah taufan sehingga kita tidak mengetahui bagaimana peristiwa yang dialami Nabi Nuh bersama kaumnya. Yang kita ketahui atau yang perlu kita tegaskan bahawa Nabi Nuh mewasiatkan kepada putera-puteranya saat ia meninggal agar mereka hanya menyembah Allah SWT.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh a.s.
Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin kerana ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin kerana ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya kerana ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Nabi Ismail a.s.
adalah anak Nabi Ibrahim a.s. dan ibunya Siti Hajar. Siti Hajar adalah budak yang diberikan oleh Raja Mesir kepada Nabi Ibrahim a.s. Dari semenjak kecil hingga dewasa Siti Hajar dipelihara oleh Nabi Ibrahim a.s. sehingga diperistrikannya.
Sedangkan istri pertama yaitu Siti Sarah dari semenjak muda belum bisa memberikan anak dan baru mendapatkan anak ketika usianya sudah lanjut, yang mana anak tersebut diberi nama Ishaq. Sebagaimana wanita lainnya, Siti Sarah rupanya merasa kurang senang kalau Siti Hajar sudah mendapatkan anak terlebih dahulu dari pada dirinya.
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. membawa istrinya (Siti Hajar) dan Ismail yang masih bayi ke negri Mekkah yang pada waktu itu masih merupakan padang pasir kosong yang belum di diami oleh manusia. Lalu atas perintah Allah s.w.t. Nabi Ibrahim a.s. pun kembali ke negri Syam pada istri pertamanya yaitu Siti Sarah.
Suatu ketika Siti Hajar kehabisan air, beliau sangat kehausan sehingga air susunya pun kering. Dalam usahanya mencari air, Siti Hajar berlari kian kemari sampai ke bukit Shafa dan Marwah. Kemudian Siti Hajar mendengar suara Malaikat Jibril yang menunjuk suatu tempat (Shafa) dimana bayinya (Ismail) dibaringkan dalam keadaan menangis sambil merentak-rentakan kakinya. Atas izin Allah s.w.t. didekat Ismail menangis itu, memancarlah mata air. Siti Hajar tergesa-gesa menampungnya. Kemudian Malaikat Jibril berkata kepada air yang berlimpah-limpah itu "Zam-Zam!" yang artinya "Berkumpullah!" maka air itu berkumpul untuk kemudian menjadi telaga dan sampai saat ini disebut telaga Zam-zam. Usaha Siti Hajar mencari air kian kemari dari bukit Shafa ke Marwah dijadikan salah satu rukun Haji yang disebut Sha'i, yaitu berjalan kaki dari Shafa ke Marwah, pulang pergi tujuh kali.
Apabila Nabi Ibrahim a.s. kembali ke Mekkah, keadaan tempat dimana anak istrinya ditinggalkan telah berubah menjadi desa yang subur dan makmur.
Suatu ketika Nabi Ibrahim a.s. bermimpi menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail a.s. Lalu dikatakannya hal itu kepada Ismail, anaknya yang sudah besar itu pun menjawab "Hai bapakku, kerjakanlah sebagaimana diperintahkan Allah yaitu menyembelihku, mudah-mudahan bapak akan menyaksikanku berhati sabar". Maka Nabi Ibrahim a.s. pun membaringkan Ismail ketanah dengan maksud akan disembelihnya. Pada saat itulah Allah s.w.t. menebusinya dengan seekor biri-biri (kibas) yang besar. Dikarenakan sabar dan takwanya, maka Ismail pun diangkat menjadi Rasul Allah.
Nabi Ibrahim a.s. bersama anaknya yaitu Nabi Ismail a.s. kemudian mendirikan Ka'bah (Baitullah) yang menjadi qiblat bagi umat manusia sedunia dalam beribadah.
Setelah usianya dewasa, Nabi Ismail a.s. menikah dengan seorang wanita Jurhum. Pada suatu hari, berkunjunglah Nabi Ibrahim a.s. kerumah anaknya, disambut oleh menantunya. Menyaksikan menantunya seorang yang tidak berbudi, Nabi Ibrahim berkata kepada menantunya "Jika nanti suamimu pulang dari berburu, ceritakanlah kepadanya, bahwa ada seorang tua yang ciri-ciri dan sifatnya begini dan begini datang berkunjung. Katakan pula kepadanya bahwa aku tidak menyukai bandur rumahnya, hendaknya ditukar dengan yang lain" Kemudian Nabi Ibrahim a.s. pulang.
Setelah tiba Nabi Ismail a.s. oleh istrinya diceritakanlah kedatangan Nabi Ibrahim a.s. lengkap dengan pesannya "Itulah bapakku" ujar Nabi Ismail a.s. "Dan beliau tidak suka kepadamu karena budimu yang kasar dan rendah" Lalu Nabi Ismail a.s. menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita jurhum yang lain. Ternyata Nabi Ibrahim a.s. sangat setuju dengan menantunya yang kedua ini.
Nabi Ismail a.s. dikaruniai oleh Allah s.w.t. yaitu anak berjumlah dua belas orang dan mereka menjadi pemimpin-pemimpin atas kaumnya yang dinamakan Arab Musta'ribah.
Nabi Ismail a.s. yang disukai Allah s.w.t. diutus ke negri Yaman dan Amliq untuk menyeru manusia supaya bertaqwa kepada Allah s.w.t. bersembahyang dan membayar zakat. Dan menurut salah satu riwayat, Nabi Ismail a.s. meninggal pada usia 137 tahun di Palestina. Namun menurut riwayat yang lain, Nabi Ismail a.s. meninggal dunia di Mekkah.
Posting Komentar untuk "Materi Aqidah Akhlak Kelas 1 Diniyyah"